Suatu hari di kelas 5 SD, dua sahabat, Ali dan Budi, sedang duduk di meja mereka. Saat itu, sedang ada ujian matematika dan guru mereka, Ibu Nur, sedang memberikan soal di depan kelas.
Ali terlihat sangat bingung, "Budi, aku gak bisa nih. Soal ini terlalu sulit!"
"Kamu harus berusaha lebih keras, Ali. Ini ujian, kita gak boleh mengecewakan ortu dan guru kita."
"Tapi aku gak tahu jawabannya. Bagaimana ya kalau kita mencontek?"
"Mencontek itu salah, Ali. Kamu gak belajar untuk apa? Ayo kita coba selesaikan soal ini bersama-sama."
"Tapi, apa yang akan terjadi kalau aku gagal?" Ali terlihat ragu-ragu.
"Kamu harus percaya pada diri sendiri, Ali. Kita sudah belajar bersama selama ini, pasti kamu bisa!"
"Terima kasih, Budi. Aku akan mencoba yang terbaik."
"Waktu ujian sudah habis, kembalikan kertas ujianmu sekarang."
Ali dan Budi kembali ke meja mereka sambil memberikan kertas ujian mereka. Beberapa saat kemudian, Ibu Nur mengumpulkan semua kertas ujian dan memberikan kabar baik.
Ibu Nur: "Anak-anak, kalian semua sudah bekerja keras dan hasilnya sangat memuaskan. Tapi, aku melihat ada beberapa siswa yang memiliki jawaban yang sama dengan jawaban teman mereka. Apakah ada yang ingin memberikan penjelasan tentang ini?"
"Ibu, maafkan saya. Saya yang mencontek dari Budi."
"Ali, kenapa kamu mengaku?" kata Budi berbisik.
"Ali, itu adalah kesalahan yang besar. Saya sangat kecewa dengan tindakanmu." Kata ibu guru.
"Maaf, Ibu. Saya janji tidak akan mengulanginya lagi." Jawab Ali
"Baiklah, anak-anak. Saya akan memberikan hukuman yang sesuai. Tapi, yang lebih penting, kita harus belajar dari kesalahan kita dan berusaha lebih keras lagi."
Setelah ujian berikutnya, Ali dan Budi kembali duduk di meja mereka, namun tampak sedikit kecewa.
"Ali, kenapa nilai kita rendah lagi? Sudah banyak yang kita pelajari, tapi sepertinya masih belum cukup. Aku merasa menyesal karena tidak mencontek tadi."
"Tapi kamu ingat, Ali. Mencontek itu tidak benar dan tidak adil bagi yang lain. Kita harus tetap jujur dan berusaha lebih keras lagi."
"Tapi bagaimana kalau ortu kita kecewa?"
"Ortu kita pasti akan lebih menghargai kejujuran kita daripada nilai yang tinggi. Kita juga harus ingat, bahwa nilai bukanlah segalanya, yang penting adalah kita belajar dengan tekun dan berusaha sebaik mungkin."
"Kamu benar, Budi. Aku berjanji akan belajar lebih keras lagi dan tidak pernah mencontek lagi."
"Aku juga berjanji sama, Ali. Kita harus tetap jujur dan berusaha sebaik mungkin."
Ali dan Budi belajar dari kesalahan mereka dan menjadi lebih tekun dalam belajar. Mereka tidak pernah lagi mencontek dan selalu berusaha sebaik mungkin di setiap ujian. Walaupun nilai mereka tidak selalu sempurna, mereka selalu bangga dengan usaha dan jujuritas mereka.
Beberapa waktu kemudian, di kelas 5 SD, Ibu Nur memberikan tugas kepada murid-muridnya untuk membuat sebuah proyek tentang lingkungan sekolah. Ali dan Budi pun bersiap-siap untuk mengerjakan tugas tersebut.
Setelah beberapa hari, tugas pun selesai dan mereka memberikan hasil tugas kepada Ibu Nur. Setelah beberapa waktu, Ibu Nur memberikan hasil penilaian mereka.
"Ali, hasil tugas gambar lingkungan sekolahmu sangat bagus. Kamu menunjukkan keahlianmu dalam menggambar dengan detail dan cerdas." Kata Bu Guru.
"Terima kasih, Bu!" jawab Ali dengan wajah sumringah.
"Sedangkan untukmu, Budi, kamu menunjukkan keahlianmu dalam diskusi dengan teman-temanmu. Kamu mampu memperluas pandanganmu dan mendiskusikan ide-ide yang kreatif. Kamu juga mampu menggabungkan ide-ide temanmu dan membuatnya lebih baik."
"Terima kasih, Bu!" Budi juga bersorak.
"Kalian berdua menunjukkan keahlian yang berbeda dalam tugas ini. Namun, kalian berdua menunjukkan kreativitas dan kerja sama yang sangat baik. Teruslah bekerja keras dan kembangkan bakat dan keahlian kalian." Bu Guru menepuk punggung Ali dan Budi.
Ali dan Budi merasa senang dengan hasil penilaian mereka. Mereka sadar bahwa setiap orang memiliki keahlian yang berbeda-beda dan itu tidak perlu disamakan. Mereka belajar untuk menghargai keahlian yang dimiliki teman-teman mereka dan terus berusaha untuk mengembangkan bakat dan keahlian mereka sendiri.
Setelah menerima penilaian dari Ibu Nur, Ali dan Budi semakin termotivasi untuk mengembangkan bakat dan keahlian masing-masing. Ali semakin sering menggambar di waktu luangnya dan mengasah kemampuan menggambar dengan teknik yang lebih baik. Sementara itu, Budi mulai berani menyampaikan pendapat dan bertanya saat ada diskusi di kelas.
Suatu hari, saat pelajaran IPS, guru mereka, Pak Hendra, membagikan tugas tentang menggambar peta dan mempresentasikannya di depan kelas. Ali merasa senang karena dia bisa menunjukkan keahliannya dalam menggambar. Sedangkan Budi merasa sedikit khawatir karena dia tahu bahwa presentasi di depan kelas bisa menjadi hal yang menantang.
Setelah beberapa hari, tugas selesai dan mereka mempresentasikan hasil karyanya di depan kelas. Ali mempresentasikan hasil gambar peta dengan baik dan menunjukkan keahliannya dalam menggambar dengan teknik yang lebih baik. Sementara itu, Budi juga mempresentasikan hasil karyanya dengan sangat baik dan dengan percaya diri. Dia mengajukan pertanyaan dan memberikan pandangan-pandangan kreatif tentang bagaimana lingkungan di sekitar sekolah bisa ditingkatkan.
"Bagus sekali, Ali! Kamu menunjukkan keahlianmu dalam menggambar dengan teknik yang baik. Hasil gambar peta yang kamu buat sangat rapi dan jelas."
"Terima kasih, Pak."
"Dan kamu, Budi! Kamu memberikan pandangan yang kreatif dan mengajukan pertanyaan yang bagus. Kamu menunjukkan keberanianmu dalam berbicara di depan kelas. Teruslah seperti itu, Budi!"
"Terima kasih, Pak!"
Ali dan Budi merasa senang dan puas dengan hasil karyanya. Mereka belajar bahwa mengembangkan keahlian dan bakat bisa menjadi sebuah keuntungan dan juga membangun kepercayaan diri mereka. Mereka berjanji untuk terus mengasah kemampuan dan keahlian mereka di waktu luang mereka dan berani menunjukkan kemampuan mereka di depan orang lain.
#ceritaanak
#dongeng
#literasianak
#dongengsebelumtidur